Fauna Plestosen di Sulawesi Selatan


Fauna Plestosen di Sulawesi Selatan
gajah kerdil endemik Sulawesi
Ada dua tanggapan mengenai fauna di Sulawesi Selatan, yakni pandangan lama dan baru.

·         Pandangan lama, yang menyatakan bahwa ada dua lapisan fauna di Sulawesi yaitu fauna Cabbenge dan fauna Toala yang dinyatakan oleh Soejono (1991) dan Bellwood (2000).

·         Pandangan kedua, yang dinyatakan oleh Dr. Gert van den Berg yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Late Neogene Elephantoid Bearing Faunas of Indonesia (1999). Yang menjelaskan bahwa ada tiga lapisan fauna di Sulawesi yaitu, fauna Walennae yang melingkupi Celebochoerus heekereni, Geochelone Atlas, Elephas Celebensis, Stegodon Sompoensis, Trionychidae sp., Crocodylus sp., dan Crocodile sp. Lapisan fauna yang lebih muda adalah fauna Tanrung. Pada lapisan ini dicirikan oleh fauna ukuran menengah sampai besar seperti Stegodon sp., B. Celebochoerus, Pygmy Elephantoidea, Geochelone Atlas dan Anoa fauna ini berumur Plestosen Tengah. Lapisan paling muda atau yang ketiga yakni fauna Subrecent sampai fauna Recent yang dicirikan oleh Anoa sp., yang ditemukan pada penggalian Ian Glover (1981) di Leang Burung yang berumur 31.000 BP.

Seperti fauna tertua di Jawa, fauna Cabbenge mempunyai pertalian dengan fauna Siwa-Melayu dan berisi spesies stegadon dan gajah bersama dengan babi rusa, spesies babi yang telah punah. Monyet dan anoa mungkin tiba di Sulawesi pada saat yang sama tetapi tidak ditemukan di antara fauna Walennae. Penannda yang terkuat dalam fauna ini adalah kura-kura raksasa (Geochelone atlas) yang tampaknya telah hilang dari Jawa kira-kira 1,2 Juta tahun yang lalu (Berg, et al, 1995; Duli, 2016).

Fauna Cabbenge pernah diduga tiba di Sulawesi lewat satu jembatan darat yang melalui Pulau Sangihe dari Filiphina dan Cina, tetapi sekarang telah disepakati bahwa asalnya adalah dari daratan Sunda (Duli, 2016). Dan para ahli sekarang sepakat bahawa pada masa Plestosen, jembatan darat yang menghubungkan daratan Sunda dengan Sulawesi tidak ada. Menurut Belllwood (2000), bahwa yang paling memungkinkan adalah Sulawesi barat mungkin tidak secara struktural menempel pada daratan Sunda meskipun tidak ada dataran kering yang berkesinambungan.



Fauna Cabbenge
Fauna Toala
Stegodon kerdil
Stegodon Jawa
Gajah Sulawesi
Babi raksasa
Babi Sulawesi
Babirusa
Anoa
Kura-Kura raksasa
Kura-Kura lunak
Buaya Sulawesi
Hiu harimau
Hiu serra
Hiu dassar
Hiu paus
Hiu pasir
Hiu mark
Pari duri raksasa
Stegodon somoensis
S. cf trigonocephalus
Elephas celebensis
Celebochoerus heekereni
Suc celebensis
Babyrousa babyrussa
Buballus depressicornis
Geochelone atlas
Chitra indica
Crocodylus sp.
Galeacerdo cuvier
Hemipritis cf serra
Carcharhinus cf gangeticus
C. cf brachyurus
Caricharias cf cuspidatus
Isurus glaucus
Dasyatis sp.
Kuskus beruang
Kuskus kerdil
Cerurut rumah
Monyet Sul.Selatan
Manusia
Tikus raksasa
Tikus hutan biasa
Tikus Gray
Tikus Pinadapa
Tikus kuning
Tikus atap
Tikus Hoffman
Tikus
Tikus duri
Musang Sulawesi
Babi Sulawesi
Babirusa
Anoa
Anoa gunung
Kura-kura Sawah
Ular
Ikan
Keong sungai
Phalanger urinus
P. celebensis
Suncus murinus
Macaca maura
Homo Sapiens
Lenomys meyeri
Paruromys dominator
Taeromys celebensis
Rattus punicans
R. xanthrus
R. rattus
R. hoffmani
R. sp.
Maxomys musschenbroeckii
Macrogalidia musschenbroeckii
Sus celebensis
Babyrousa babyrussa
Buballus desprwssicomis
B. quarlesi
Cuora ?amboinensis
?
?
Brotia perfecta
Melanoides crenulata
M. cf granifera
Thaira scabra
Viviparidae
Sumber: Bellwood, 1985

Sumber:
 Duli, Akin, Nur, Muhammad. 2016. Prasejarah Sulawesi. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

Comments