Sejarah Tana Wajo Versi 2

Tana Wajo



Berbeda dengan Kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan kebanyakan yang mendatangkan Tokoh luar yang menjadi seorang pemimpin dan Tokoh pemersatu, yang terjadi baik di Butta Gowa, Tana Luwu, Tana Bone, Tana Soppeng, dan beberapa kerajaan Sulawesi Selatan. Tak sama dengan terbentuknya Kerajaan Wajo yang mendatangkan Tokoh dari luar persekutuan yang ada (asli) yang disepakati sebagai pemimpin sentral. Banyak versi mengenai terbentuknya Tana-Wajo, dan tidak mendekatkan dengan konsep To-Manurung yang banyak dianut dalam pembentukan Kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan. Tapi dengan halusnya masyarakat mengatakan “......tidak diketahui asalnya dan tidak diketahui orang tuanya”. Tokoh ini memeperlihatkan keberhasilannya dalam mendatangkan kemakmuran dan ketentraman bagi orang banyak yang dipimpinnya.

Versi kedua dalam cerita rakyat Wajo menceritakan bahwa Wajo merupakan terusan dari kerajaan Cinnatobi, yang dibentuk oleh keturunan raja-raja Cina dan Mampu. Kerajaan Wajo pada mulanya bernama Boli yang didirikan pada abad ke-14 oleh raja pertamanya bergelar Batara, yang bernama La Tenribali mantan Arung (raja) Cinnotobi ke-5.

Pada mulanya La Tenribali menjadi raji dwi-tunggal (twin-king) bersam saudaranaya yang bernama La Tenritappek di Kerajaan Cinnotobi. Karena adanya perselisihan antar mereka berdua, akhirnya La Tenribali meninggalkan negeri Cinnotobi dan pergi membuka daerah persawahan di Boli, yang sebagian dari bekas penduduk Cinnotobi, yang dipimpin oleh Matoa yang bersepakat mengangkat La Tenribali menjadi raja karena mereka memerlukan seorang yang memiliki sifat kepemimpinan yang beribawa dan mampu mempersatukan yang dimiliki oleh La Tenribali.

Setelah La Tenribali menyetujui hasil musyawarah para La Toa dan rakyat Boli, maka diadakanlah pelantikan raja di bawah sebatang pohon bajok yang tinggi dan sangat rindang daunnya setelah terlebih dahulu diaadakan perjanjian pemerintahan antara calon raja dengan rakyanya. Menurut adat, wakil rakyat (Matoa) yang membacakan ikrar perjanjian yang berisi hak dan kewajiban kedua belah pihak, sedangkan calon memberi isyarat tanda persetujuan.

Akhirnya peradaban Kerajaan Wajo di mulai dengan diangkatnya La Tenribali sebagai raja dan dilantik di bawah pohon besar Bajok yang nantinya menjadi asal mula penamaan Wajo.

Sumber: Mappangara, Supriadi. 2004. Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan Sampai tahun 1905. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan.

Comments