Masuknya
Islam di Kerajaan Bone
Mesjid pertama di Bone
Ketika
Kerajaan Gowa melakukan penyebaran agama
Islam di Tana Bugis, di mata orang Bugis (Bone) menganggap tindakan ini cuman
sebagai dalih Kerajaan Gowa dalam upaya perluasan pengaruh dan kekuasaan
Kerajaan Gowa. Sehingga Kerajaan-kerajaan besar di Sulawesi-Selatan saling
mencari celah untuk saling menjatuhkan.
Setelah
Kerajaan Sidenreng, Soppeng, dan Wajo menerima Islam, secara diam-diam Raja
Bone X (1602-1611) We Tenrituppu
(Perempuan) berangkat ke Sedenreng untuk menemui Adattuang Sidenreng La Patiroi
yang telah menerima gama Islam. Mungkin suatu rahmat dan hidayah dari Allah
Yang Maha Esa, karena setelah raja Bone We Tenritappu memeluk agama Islam,
tapi ia terkena penyakit dan akhirnya
meninggal dunia di daerah yang dikunjunginya. Pada waktu itu Kerajaan Boen
masih merupakan penentang terbesar seruan dari Kerajaan Gowa. Itulah sebabnya
Raja Boen X kemudian di gelar oleh masyarakat “Matinroe ri
Sidenreng
(raja yang meninggal dunia di Sidenreng).
Pada
tahun 1611 sepeninggalnya Raja Bone X maka diangkatlah La Tenriruwa sebagai
raja yang ke-XI. Mengetahui adanya
pergantian Raja Bone baru, Sultan Alauddin bersama pasukan Kerajaan Gowa pergi
ke Bone untuk bertemu dengan Raja Bone dan mengajaknya untuk menerima agama
Islam di Tana Bone yang di mata pihak Gowa merupakan jalan yang baik. Niat tulus
itu ditunjukkan dengan kedatangan langsung Sultan Alauddin untuk mengajak Raja
Bone di Kerajaan Bone. Modal utama yang dipegang adalah kesepakatan antara
Kerajaan Bone dengan Kerajaan Gowa di masa lalu yang berisi “Barang siapa di
antara mereka menemukan jalan yang baik itu kewajiban memberitahukan tentang
jalan yang baik itu kepada yang lainnya” (Patunru, Abdurrazak Daeng. Sejarah
Bone). Ajakan Sultan Alauddin tampaknya secara pribadi dapat diterima oleh Raja
Bone. Tetapi, tanggapan Raja Bone terhadap ajakan Raja Gowa di tolak
mentah-mentah oleh dewan Ade’ Pitu, para pembesar Kerajaan, dan juga rakyatnya sendiri.
Hal itu tentu saja mengecewakan Raja Bone. Sebagai seorang Raja, penolakan
terhadap seruannya itu adalah cerminan dari kesetiaan rakyanya yang telah mulai
memudar. Akhirnya Raja Bone bersama keluarga dan pengiktnya yang masih setia
kepadanya meninggalkan Lalebata-Watampone dan berangkat ke Pattiro. Di tempat
ini juga Raja Bone menyerukan agar rakyatnya mengikuti anjuran dari Sultan
Alauddin namun hasilnya sama. Akhirnya, Raja Bone memutuskan berdiam diri atas
pembangkangan rkayat Bone dan hanya tinggal di dalam salassa (Rumah).
Karena
tindakan yang dilakukan Raja Bone itu, sehingga Dewan Ade mengadakan musyawarah
yang menghasilkan keputusan untuk menurunkan Raja Bone La Tenriruwa dari
tahtanya.
Mendengar
hal tersebut La Tenriruwa memutuskan untuk mengakhiri segalanya dari tahtanya
dan memeluk agama Islam. Dan akhirnya Kerajaan Gowa menjemput La Tenriruwa dan
membawanya ke Kerajaan Gowa demi keselamatan keluarga dan pengikutnya. Dan Raja
Bone akhirnya memeluk agama Islam di Palette pada tahun 1611, dan diberi gelar
Adamulmarhum Kalinul Awalul Islam.
Pada
tahun 1611, Dewan Ade Pitu Kerajaan Bone melantik La Tenripale menjadi raja
Bone yang ke XII. Pada masa awal pemerintahannya, ia mengalmi kesulitan besar
karena harus mempertahankan keinginan Dewan Ade untuk menolak masuknya agam
islam. Tuga ini diembannya dengan berat karena sekutu-sekutu Kerajaan Bone yang
tergabung dalam TellupoccoE sudah menerima agam Islam.
Karena
sikap keras Kerajaan Bone terhadap penolakan ajakan Kerajaan Gowa dalam
penyebaran agama Islam, akhirnya Kerajaan Gowa memutuskan untuk mengakhiri
semua ini, dengan menyerang ibu kota Kerajaan Bone. Perang ini diakhiri dengan
kekalahan di pihak Kerajaan Bone dan akhirnya dilakukan perdamaian pada tahun
1611. Secara resmi agama Islam dinyatakan diterima di Kerajaan Bone pada
tanggal 23 November 1611. (Kamaruddin,
dkk. Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallo)
Sumber:
Mappangara, Supriadi, Abbas, Irwan. 2003. Sejarah Islam di Sulawesi Selatan.
Biro KAPP Setda SulSel bekerja sama Lamacca Press.
Comments
Post a Comment